16.54
0

Stasiun Kereta Api Purworejo terletak di Jalan Mayjen Sutoyo Purworejo, atau tepatnya di sebelah selatan Pasar Suronegaran.
Stasiun ini termasuk stasiun kecil yang berada di tengah kota, namun stasiun tersebut memiliki sejarah yang panjang.
Stasiun ini dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatsspoorwagen (SS). Stasiun Purworejo adalah merupakan warisan peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1887. Pemerintah Kolonial Belanda saat itu sengaja membangun rel kereta api sepanjang 12 KM dari Stasiun Besar Kutoarjo ke arah Stasiun Purworejo, diperkirakan awalnya hanya dibangun rel saja namun seiring perkembangannya, jalur itu semakin ramai sehingga pada tanggal 20 Juli 1887 dibangunlah Stasiun Purworejo, dengan struktur bangunan berupa bahan beton setinggi delapan meter dan luas keseluruhan sekitar 848 meter persegi.


Pembangunan kereta api didorong oleh dua kepentingan, kepentingan pertahanan ekonomi dan militer. Kepentingan ekonomi yang terkait dengan kebutuhan transportasi kota hasil perkebunan Purworejo untuk didistribusikan ke daerah lain atau bahkan ke Belanda melalui Pelabuhan Cilacap, yang kala itusebagai salah satu gerbang ekspor ke Eropa. Sedangkan, kepentingan militer berhubungan dengan posisi Purworejo kala itu sebagai kota militer, yang ditandai dengan banyaknya pembangunan gedung militer (tangsi) pasca Perang Diponegoro (1830). Keberadaan tangsi militer Belanda ini sebagai penyedia cadangan militer yang sewaktu-waktu diperlukan untuk menjaga keamanan di Jawa Tengah.
Sejak tahun 1901 jalur kereta api Purworejo-Kutoarjo itu pun semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kala itu. Terdapat beberapa halte antara Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Purworejo, yaitu dimulai dari Stasiun Kutoarjo – Halte Batoh – Halte Grantung – Halte Kenteng – Stasiun Purworejo, dan saat ini keseluruhan halte sudah tidak berfungsi lagi.
Stasiun Purworejo berada pada ketinggian +63 m dpl. Sistem persinyalan masih memakai sistem sinyal mekanik Alkmar, dan uniknya tidak ada sinyal muka ataupun sinyal masuk, hanya ada sinyal keluar menuju arah Stasiun Kutoarjo. Di stasiun ini juga mempunyai 2 spoor,yang dahulunya mempunyai 1 spoor cabang menuju ke Balai Yasa (Werkplaants) milik Staats Spoorwegen (SS).

Balai Yasa tersebut sekarang sudah tidak ada lagi dan sudah berubah fungsi sebagai pemukiman bagi prajurit TNI AD. Stasiun Purworejo sempat ditutup selama 3 kali, yaitu pada masa kependudukan tentara Jepang, dan sekitar tahun 1952-1955. Saat peralihan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) petak jalur tersebut kembali diaktifkan. Setelah itu pada tahun 1977, petak jalur Kutoarjo – Purworejo kembali ditutup dan tidak beroperasi lagi. Dekade 1990-an diaktifkan kembali pada masa kepemimpinan Bupati Purworejo, Goernito dan Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan saat itu.
Sarana yang melayani lintas Kutoarjo - Purworejo ini pada zaman dahulu dilayani dengan lokomotif uap dengan membawa rangkaian campuran antara kereta penumpang dan kereta barang, dengan susunan sebagai berikut lokomotif uap – Kereta Kayu CR – Kereta Kayu CR – Gerbong Barang GW – Gerbong Barang GW.
Untuk lokomotif uap, jalur ini dilayani dengan seri C dan D,diantaranya seri C 27 (dengan susuran roda 4-6-4) buatan Pabrik Werkspoor pada tahun 1920 dan seri D 51 (dengan susunan roda 2-8-2) buatan Pabrik Hartmann pada tahun 1920.

Pada periode 1990, setelah jalur ini diaktifkan kembali oleh pemerintah saat itu, sarana yang melintas di jalur ini tidaklah dilayani kembali dengan lokomotif uap dan kereta kayu CR dan kereta barang GW, tetapi sudah berganti dilayani dengan lokomotif diesel hidrolik dan dengan membawa 1 atau 2 kereta penumpang kelas 3 atau biasa disebut K3 dengan susunan Lokomotif Diesel Hidrolik D 301/D 300 – K3.
Lokomotif yang melayani jalur ini ialah seri D 300 (Krupp M350D) dan seri D 301 (Krupp M350D), kedua lokomotif tersebut buatan Pabrik Fried Krupp dan mulai dinas pada tahun 1962 – 1968 (D 301) dan tahun 1968 (D 300).
Mulai periode tahun 2000, lokomotif yang melayani jalur ini berganti dari lokomotif D 300 & D 301 ke lokomotif BB 300 (Krupp M700BB), lokomotif ini (BB 300) mempunyai tenaga lebih besar dari lokomotif D 301 dan juga lokomotif tersebut masih 1 pabrik, yaitu Fried Krupp.
Lokomotif BB 300 yang melayani jalur Kutoarjo – Purworejo ini merupakan lokomotif diesel hidrolik pertama buatan pabrik Fried Krupp Jerman, yang pertama kali didinaskan pada tahun 1958 sebanyak 17 buah dan pada tahun 1959 sebanyak 13 buah. Lokomotif dengan daya mesin 680 HP dari Mercedes Benz dan transmisi hidrolik dari Krupp ini, dapat dioperasikan untuk dinas langsir atau menarik kereta penumpang jarak pendek seperti feeder Purworejo ini, dan dengan kecepatan maksimum 75 Km/jam. Lokomotif ini juga merupakan lokomotif ber type BB atau Bo-Bo yang artinya lokomotif yang mempunyai duabogie dan masing-masing bogie mempunyai dua poros penggerak yang digerakkan oleh motor sendiri.
BB 300 06 dan BB 300 16 ialah lokomotif yang sering melayani Kereta Feeder Kutoarjo – Purworejo, lokomotif ini berasal dari Dipo Induk Kutoarjo (Dipo KTA) dan yang unik dari lokomotif ini ialah livery-nya yang kembali dicat dengan masa Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yaitu dengan livery kuning hijau dan dengan logo roda terbang khas lokomotif masa PJKA. Semenjak bulan November 2010, kereta api feeder ini sudah tidak dioperasikan lagi.


Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jateng telah memasukkan Stasiun Purworejo sebagai salah satu cagar budaya di Purworejo, dilindungi oleh negara dengan nomor inventarisasi 11-06/PWO/TB/36 atau nomor inventarisasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten setempat: 11-06/Pwr/TB/8. Stasiun Purworejo ini saat ini dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesi Persero (KAI), dan berada di Daerah Operasi 5 Purwokerto.
Saat ini stasiun ini tengah mengalami renovasi, rencananya sudah tidak difungsikan sebagai stasiun operasional KA reguler, karena lokasinnya tidak berada di perlintasan di jalur selatan tetapi akan dikembangkan menjadi obyek wisata sejarah. Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI Pusat di Bandung tengah melakukan sejumlah pemugaran untuk dikembalikan sesuai aslinya.
Pemugaran tahap pertama sudah dilakukan sejak Desember 2011. Tahap kedua dilaksanakan pada April 2012. Pengembangan Stasiun Purworejo sebagai stasiun wisata karena ada beberapa alasan yakni untuk mendukung program Kunjungan Wisata tahun 2013.
Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI juga akan mendatangkan KA Pustaka, sehingga pengunjung dapat membaca berbagai koleksi buku yang disediakan KA perpustakaan tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar