06.39
0
Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu sholat atau sembahyang umat muslim. 

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah yang memiliki aset yang sangat dibangga-banggakan oleh seluruh masyarakat Purworejo, yaitu bedug Kyai Bagelen. Bedug Kyai Bagelen dikenal juga dengan Bedug Pendowo, karena kayu yang digunakan untuk pembuatannya berasal dari daerah Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Bedug Pendowo merupakan bedug terbesar di dunia dalam artian bedug ini merupakan bedug terbesar yang dibuat dari kayu gelondongan yang utuh, tanpa adanya sambungan. Inilah yang menjadikan keistimewaan tersendiri dibandingkan bedug-bedug besar lainnya yang ada di dunia. Saat ini Bedug Pendowo diletakkan di masjid Agung Kota Purworejo (Masjid Darul Muttaqien).

Bedug Pendowo dibuat atas perintah bupati pertama yaitu Cokronegoro 1 dengan maksud agar, dentuman bunyi terdengar sejauh mungkin sebagai isyarat waktu shalat umat muslim untuk berjamaah di Masjid Agung Purworejo. Raden Patih Cokronegoro dan Raden Tumenggung Prawironagoro (Wedono Bragolan) yang menjadi pelaksana tugas membuat bedug terbesar itu. Bedug Pendowo dibuat dari pangkal kayu jati yang bercabang lima atau yang dsebut Pohon Jati Pendowo. Daerah tempat pohon jati ini adalah Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi.

Sebenarnya pohon jati ini dianggap keramat oleh masyarakat sekitar, dan melarang untuk menebang pohon jati ini. Tetapi karena Islam tidak mengenal Tahyul, maka atas perintah bupati maka pohon jati yang telah berusia ratusan tahun itu ditebang. Dan akhirnya pohon jati tersebut bisa ditebang oleh Kyai Irsyad (seorang ulama dari Loano) dan sekaligus mematahkan mitos pohon keramat.

Persoalan yang baru adalah bagaimana memindahkan Bedug Pendowo ini ke Masjid Agung Purworejo, karena jaraknya 9 km dan medannya masih sangat sulit. Tapi akhirnya para masyarakat bergotong-royong untuk mengangkatnya menuju ke Masjid Agung Purworejo, diiringi oleh suara gamelan dan penari tayub yang telah menanti di pos pemberhentian.


Bedug Pendowo yang rampung dikerjakan pada tahun 1834 ini memiliki ukuran panjang  292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, dan diameter belakang 180 cm. Dahulu kala kulit bedug ini terbuat dari kulit banteng, akan tetapi setelah tahun 1936 kulit bedug ini mengalami kerusakan di bagian belakang, sehingga diganti dengan kulit sapi ongale (benggala) dan sapi pemacek dari winong, kecamatan kemiri, kabupaten Purworejo. Sekarang ini Bedug Pendowo hanya dibunyikan saat hari-hari besar, seperti Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha. Hal ini dilakukan karena sekarang sangat sulit menemukan kulit sapi yang bisa dipakai untuk menutupi Bedug Pendowo.

Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar